Tuesday, February 14, 2012
In Loving Memory Whitney Houston
Terlahir dengan nama Whitney Elizabeth Houston pada 9 Agustus 1963, penyanyi yang satu ini memang ditakdirkan untuk menjadi seorang legenda musik. Whitney memulai karir musiknya menjadi solois dalam paduan suara gereja di bawah asuhan ibunda, Cissy Houston. Dengan nama besar sepupunya, Dionne Warwick, yang lebih dulu terkenal dan ibu babtisnya, Aretha Franklin, tak heran jika Whitney memiliki musikalitas yang luar biasa. Cissy sering membawa Whitney ke dapur rekaman saat Cissy menjadi backing vocal untuk artis-artis pada masa itu.
Awalnya Whitney masuk dapur rekaman sebagai backing vocal untuk Chaka Khan untuk lagu ‘I’m Every Woman’, lagu yang kemudian menjadi hit Whitney pada album ‘The Bodyguard’. Setelah Chaka, Whitney juga membantu Lou Rawls dan Jermaine Jackson. Sebelum bergabung dengan Arista, Whitney telah mendapatkan tawaran rekaman dari label lain. Tapi Cissy memaksa Whitney untuk menyelesaikan SMA-nya terlebih dulu sambil menunggu tawaran dan produser yang tepat untuk menangani karir musik Whitney. Akhirnya Clive Davis-lah yang beruntung meminang Whitney untuk masuk dapur rekaman pada tahun 1983. Nampaknya memang Cissy menunggu tawaran dari Clive Davis datang. Clive Davis adalah nama besar dibalik superstar musik dunia mulai Dionne Warwick, Janis Joplin, di masa lalu hingga Alicia Keys di masa kini. Beberapa produser musik ditawari untuk menangani album perdana Whitney tapi banyak yang menyangsikan kemampuannya yang masih muda. Whitney kemudian dikenal lewat timbre suaranya yang komersial lembut sekaligus powerful. Range vocalnya yang lebar membuat banyak vokalis saat ini macam Beyonce dan Christina Aguilera mengidolakannya.
Akhirnya pada Februari 1985, dirilislah album perdana self titled, Whitney Houston. Meski album ini dipuji-puji oleh Rolling Stones dan New York Times, penjualannya lambat. Singel pertama yang dirilis ‘Someone for Me’ gagal menembus chart. Adalah single ‘You Give Good Love’ yang mulai mengangkat nama Whitney di pasar R&B. Clive menginginkan Whitney menembus batas rasial dengan tampil pada show-show malam di televisi Amerika yang saat itu terbilang rasialis. Berkat single ‘How Will I Know’ yang sukses besar, nama Whitney mulai bergaung dimana-mana. Berkat video ini pula Whitney berhasil mendobrak aturan rasial MTV saat itu. Jika Michael Jackson mewakili musisi pria kulit hitam mendobrak aturan rasial MTV ini, maka Whitney Houston-lah yang membuka jalan bagi artis musisi perempuan kulit hitam berikutnya untuk tampil di MTV. Bahkan seorang Janet Jackson dan Anita Baker mengakui berkat Whitney-lah mereka bisa tampil di MTV. Singel penutup album perdana ini yang bernuansa pop jazz ballad ‘The Greatest Love of All’ menjadi penutup yang manis bagi awal perjalanan karir Whitney. Berkat album ini Whitney meraih berbagai penghargaan mulai dari Grammy, Emmy, American Music Award, dan MTV Music Award.
Album kedua yang berjudul ‘Whitney’ juga membuat Whitney sukses besar dengan menancapkan 4 single pada posisi nomor satu. Meski secara musikalitas album ini dinilai kurang membawa pembaruan karena mirip dengan materi album perdananya, Whitney berhasil menjual 25 juta keping albumnya.
Whitney memang sukses luar biasa di kalangan kulit putih. Pada saat itu coba tanyakan nama Whitney di kawasan Eropa, seperti UK, Belanda, Belgia dll, semua mengenal Whitney. Sayangnya nama Whitney kurang dikenal di kaum kulit hitam Amerika sendiri. Bahkan partner duet Whitney, CeCe Winans yang popular di kalangan kulit hitam tidak mengenal nama Whitney sebelum berkenalan langsung dengan Whitney. Whitney sering dikritik musiknya terlalu putih, kurang bernuansa soul dan R&B. Akhirnya Whitney berusaha membuktikan lewat album ketiganya, ‘I’m Your Baby Tonight’ dengan bantuan Babyface, Luther Vandross dan Stevie Wonder. Album ini membuat media terpecah menjadi dua dalam menilai kemampuan artistic musiknya. Rolling Stones memberikan pujian, sementara yang lain menilai nuansa hitam di album ini terasa palsu. Kali ini Whitney hanya sukses menancapkan dua single pada posisi nomor satu. Album ini memang tidak sukses luar biasa secara komersial, meski terjual 10 juta keping, tapi Whitney berhasil mendapatkan respek di kalangan kulit hitam Amerika.
Di tahun 2001 Whitney diundang menyanyikan lagu kebangsaan Amerika ‘The Star Spangled Banner’, pada Super Bowl dan segera saja lagu Whitney membuat rekor baru single lagu kebangsaan pertama yang berhasil menembus 20 besar tangga lagu pop US 100 hit.
Setelah itu Whitney mulai merambah karir film. Debut film Whitney ‘The Bodyguard’ maupun album soundtracknya sukses luar biasa. Single ‘I Will Always Love You’ mematahkan rekor Bee Gees bercokol di posisi nomor satu tangga lagu saat itu selama 14 minggu berturut-turut. Sebuah rekor saat itu untuk artis wanita kulit hitam. Setelah sukses album ‘The Bodyguard’, Whitney kemudian menelurkan album soundtrack ‘Waiting To Exhale’ dari film yang juga dibintanginya. Lewat film ini Whitney mulai mendapatkan respek dari kritikus film karena mampu berperan dengan baik dibandingkan dengan perannya dalam The Bodyguard.
Tahun 1996 Whitney merilis album soundtrack kembali, ‘The Preacher’s Wife’ yang sukses sebagai album gospel terlaris yang pernah ada. Album ini terjual 6 juta keping di seluruh dunia. Akhir 1998 Whitney merilis album studionya yang keempat setelah 8 tahun sejak album ‘I’m Your Baby Tonight’. Album berjudul ‘My Love Is You Love’ ini meraih sukses secara respektif. Kritikus musik menyukai album ini. Meski secara komersial sukses album ini masih di bawah penjualan ‘I’m Your Baby Tonight’ tapi nama Whitney kembali berkibar di kancah dance music. Whitney berhasil berkibar kembali di daratan Eropa.
Tahun 2001 Whitney memperbarui kontraknya dengan Arista/BMG sebesar US$ 100juta untuk merilis 6 album baru belum termasuk royalti. Sayangnya kesuksesan ini terus saja dibayangi oleh berbagai gossip dan kejadian yang menimpa dirinya. Mulai dari soal kecanduan narkoba sampai kekerasan dalam rumah tangga hingga pemecatannya dari penampilan di Oscar. Akhirnya album Whitney yang ke-5 ‘Just Whitney’ dengan sukses gagal di pasaran. Setelah bercerai dengan Bobby Brown, Whitney sempat memutuskan untuk pensiun dari dunia musik. Tapi Clive Davis datang meyakinkan Whitney bahwa pasca bayang-bayang Bobby adalah saat yang tepat untuk bekerja kembali. Whitney memang pernah dikenal memiliki warna suara yang indah dan range vocal yang lebar yang membuatnya menjadi inspirasi bahkan untuk Mariah Carey sekalipun yang sering dibanding-bandingkan dengan Whitney pada awal karir Carey.
Saat ini vocal Whitney memang tidak sedahsyat pada awal karirnya seperempat abad lalu. Tapi kharismanya tidak pernah pudar. Lewat Listening Event yang diadakan Clive Davis di London, Los Angeles dan New York, Whitney mulai menampakkan tanda kelahirannya kembali. Berbagai media memberikan respons yang lumayan baik. Kini kerja keras Whitney pasca Bobby akan kita buktikan lewat album studionya yang ke-6 yang akan dirilis pada 28 Agustus ini.
No comments:
Post a Comment