Sunday, June 29, 2014

The Journey to My First Wedding Cake



Akhirnya bagian ke-3 dari kisah perjalanan membuat kue pengantin untuk pertama kalinya.

Setelah menentukan carrot cake sebagai kue dasar dan red velvet sebagai kue tingkat di atasnya. Saya menentukan cream cheese dari mascarpone sebagai lapisan kuenya. Sementara penutup luar dari kuenya saya memutuskan mengaplikasikan fondant.

Awalnya saya ingin menggunakan bunga sungguhan sebagai dekorasi di sisi kue. Namun karena berbagai pertimbangan akhirnya ide ini tak jadi digunakan. Selain karena sulitnya menemukan organic edible flower untuk menghias kue.

Edible organic flower? Apa itu?

Edible organic flower adalah bunga organik yang dapat dimakan.

Berasa Suzana ga sih? Makan kelopak mawar? Tentu tidak! Meski mengaplikasikan edible organic flower sebagai dekorasi kue, bukan berarti bunganya harus dimakan juga kan?

Menurut teman seorang flower designer yang telah melanglang buana di Amerika dan Eropa, Andoko Maghavanto, beberapa jenis bunga memang dapat dimakan. Tapi belum tentu bebungaan itu termasuk yang organik. Masalahnya bebungaan yang diasumsikan dapat dimakan ini -meski tak harus dikonsumsi- kalau bukan organik, tentu agak mengkuatirkan saya. Saya tak tahu seberapa banyak porsi pestisida yang mungkin saja menempel pada bebungaan itu. Itulah sebabnya saya berpikir ulang dalam menggunakan edible flower untuk dekorasi kue sampai saya yakin untuk mengaplikasikannya.

Akhirnya diputuskan untuk membuat dekorasi bunga dengan fondant. Saya sebenarnya tidak menyukai jenis kue dengan dekorasi bunga bervolume penuh. Saya cenderung menyukai kue dengan desain yang minimalis.
Itulah sebabnya saya membuat sedikit bunga dan berukuran kecil. Saya juga menghindari membuat kue pengantin bertumpuk-tumpuk dari styrofoam. Saya lebih memilih membuat kue penganten yang dapat dimakan. Menurut saya kue penganten selain dinikmati kedua mempelai, keluarga inti, seharusnya juga bisa dinikmati oleh sebagian tamu. Setidaknya tamu VIP.

Satu hal yang saya sukai dari kue berdesain minimalis adalah kesederhanaannya. Di tengah-tengah kemewahan kue pengantin yang bertumpuk-tumpuk mencakar langit, menurut saya hanya dapat ditandingi dengan kesederhanaan.

Sementara untuk topper dari kue saya memilih sepasang Merpati daripada figur sepasang pengantin pria dan wanita yang sudah jamak. Saya ingin sesuatu yang berbeda.

Mengapa burung Merpati? Karena burung merpati tak memiliki empedu di dalam hatinya. Artinya tak ada yang pahit dalam hati. Jadi lewat sepasang Merpati ini saya ingin sebagai simbol harapan agar Rama dan Devi di dalam mengaruhi pernikahan tak ada yang pahit di hati mereka berdua.

Warna putih pada kue melambangkan kasih suci yang dalam nikah Rama dan Devi. Sementara warna merah muda sebagai lambang dari hati tanda cinta dari kedua mempelai, sekaligus benang merah kesinambungan dari cupcake hantaran lamaran.

Di atas kue juga saya menempatkan motif dua hati dalam warna berbeda menjadi satu. Simbol dari dua hati Rama dan Devi bukan lagi dua, tetapi menjadi satu dalam mahligai pernikahan. Ditegaskan dengan karikatur dari mereka direkatkan pada dua hati yang menyatu.

Yah begitulah konsep desain kue pernikahan pertama saya.

Kalau mau memesan boleh lho hubungi saya di 08892505753 atau 089637070353. Mari kita berdiskusi tentang desain kue pengantin.

posted from Bloggeroid

No comments:

Post a Comment