Beberapa waktu lalu saya mendengarkan kisah dari sahabat saya tentang penjual kue yang gemar memampang label sehat di dagangannya. Kami tentu saja langsung membahas hal ini dengan antusias. (Baca: bergosip)
Logikanya sederhana saja. Kalau ingin sehat, tentu kita perlu tahu bahan apa saja yang digunakan. Setelah tahu bahannya, kita tentu perlu tahu bahan itu berasal dari mana. Adakah sertifikasi organik atau sehat yang terpercaya dari bahan tersebut?
Nah menurut pengalaman saya, menggunakan label sehat pun tidak mudah. Apalagi mencantumkannya di merk dagang. BPOM alias Badan Pengawasan Obat dan Makanan tidak akan memberikan persetujuan dengan mudah. Malah lebih besar kemungkinan pengajuan merk dagang ditolak. Karena mencantumkan sehat itu berarti kategorinya obat, bukan makanan. Kalau sehat, ukuran atau parameter makanan itu menyehatkan apa?
Sekarang soal butter, margarin atau minyak. Manakah yang lebih sehat?
Butter berasal dari susu sapi. Lemak hewani. Anda bisa membuat butter sendiri dengan mengocok susu sapi segar dengan mixer beberapa saat. Margarin berasal dari lemak nabati. Minyak goreng juga lemak nabati.
Untuk penggunaan jangka panjang, penggunaan butter lebih sehat dibandingkan margarin. Kenapa? Karena margarin itu semacam butter artificial. Tapi margarin lebih baik dalam membuat cake mengembang sempurna. Tiap bahan punya plus minus masing-masing.
Sebenarnya soal makanan sehat dan organik ini baik-baik saja. Asal tidak terlalu terobsesi. Ada yang alergi dengan gluten, tapi hasil penelitian terbaru, untuk mendapatkan bahan yang gluten free juga menggunakan bahan yang bisa memicu kanker.
Seperti halnya ada orang -orang yang anti MSG. Padahal sebagian bahan-bahan alami pun mengandung MSG alami.
Penggunaan gula berlebihan juga dapat memicu anak-anak mengalami hiperaktif akibat sugar rush. Tapi tanpa gula atau garam makanan akan terasa hambar.
Saya bukan anti masakan makanan sehat. Tapi saya percaya pada proporsi makan dan pola makan yang sehat. Tidak perlu berlebihan anti ini, anti itu. Makan secukupnya dan sewajarnya, didahului dengan doa. Itu sudah cukup untuk saya.
No comments:
Post a Comment