Saat kita berjalan-jalan di pusat perbelanjaan, melewati
deretan toko termasuk toko kue dan roti, tentu kita sering menemukan situasi
yang umum dimana salah satu pegawai dari toko kue dan roti menawarkan
potongan-potongan kecil kue atau roti. Penawaran itu merupakan contoh rasa dari
penganan yang mereka jual untuk dapat
kita nikmati. Meski ukurannya dapat dikatakan tak lebih besar dari ukuran ibu
jari kita.
Saya kemudian mencoba
berpikir seberapa efektif cara menawarkan contoh penganan sebagai contoh rasa
dari penganan yang mereka jual.
Coba kita akui saja, seberapa sering kita begitu
menginginkan sampel kue tersebut tapi tak berlanjut dengan membelinya. Entah
karena rasanya tidak sesuai yang kita bayangkan, atau mungkin ada sebab lain.
Saya mempunyai beberapa pengalaman. Seorang sahabat, Rose,
memesan kue buatan saya untuk dikirimkan kepada teman-teman, keluarganya
sebagai tanda kasih juga demi membantu mempromosikan apa yang saya jual. Tapi
dari sekian banyak yang menerima pemberian Rose, apakah penjualan saya
mengalami peningkatan yang berarti? Ternyata tidak.
Dari sekian banyak, hanya satu yang kemudian menjadi
pelanggan tetap saya. Tapi kasus ini sungguh berbeda. Karena pelanggan ini
justru berada di luar kota dan belum pernah menikmati kue buatan saya sama
sekali. Apa yang menjadi andalannya adalah kue saya sungguh nikmat berdasarkan
referensi dari Rose. Itulah yang membuat Elly kemudian menjadi pelanggan tetap
saya dengan memesan kue untuk dikirimkannya kepada sanak keluarga dan
sahabat-sahabatnya. Tetapi apakah dari mereka ada yang kemudian memesan kembali
langsung kepada saya? Ternyata tidak.
Saya mencoba mengingat-ingat apakah gerai-gerai roti
terkemuka pernah memberikan sampel gratis kepada calon-calon pembeli. Seingat
saya tidak pernah. Entahlah mungkin saja saya salah.
Saya jadi berpikir dengan teori saya sendiri. Sampel gratis
itu belum tentu membawa dampak yang berarti dalam meningkatkan penjualan.
Sebabnya adalah kehilangan unsur misterius dan gairah dalam berusaha untuk memperoleh
penganan tersebut.
Sebagai contoh jika kita berkunjung ke rumah teman atau
saudara dan menemukan penganan yang enak tentu kita akan berusaha mencari tahu.
Apakah penganan tersebut buatan dari nyonya rumah sendiri atau pesanan. Jika
pesanan, kita tentu bertambah penasaran dimanakah memesannya, sehingga kita
berusaha mencari tahu dari tuan rumah.
Hal itu dikarenakan sedikit sensasi dan kekuatiran tidak
akan pernah menikmati penganan selezat itu lagi. Sehingga kita berusaha mencari
tahu kalau-kalau kita dapat memesannya sendiri tanpa harus menunggu perhelatan
yang diadakan tuan rumah.
Tapi jika kita dikirimkan penganan oleh sanak kerabat, dan
kita mengetahui dari kemasannya dimana lokasi toko kue tersebut berada. Maka
hilanglah sudah unsur misterius dimana lokasinya, bagaimana memperolehnya. Ini
yang membuat kita cenderung untuk menganggap enteng. Dan berpikir, oh toko kue
ini di sana. Jadi tak perlu lagi berusaha mencari tahu.
Itu adalah kasus sampel gratis yang tidak demikian
kenyataannya karena diperoleh dengan membeli.
Pengalaman saya, membagikan sampel gratis tidak menjadikan
peningkatan penjualan. Yang diberikan sampel juga ternyata tidak kunjung
memesan pada saya.
Jadi saya mohon maaf tidak memberikan sampel gratis untuk
kue-kue yang saya buat. Kecuali untuk mereka yang telah menjadi pelanggan tetap saya.