Belakangan ini seiring dengan kunjungan anggota keluarga besar dari luar kota/pulau hingga negara, membuat saya harus berpikir lebih kreatif untuk membawa mereka melakukan kegiatan jalan-jalan. Memang kalau ditilik jalan-jalan ke mal bukanlah sesuatu yang dapat dianggap sebagai ide yang kreatif. Bahkan cenderung malas. Tapi jujur saja dengan kondisi Jakarta yang semakin macet, saya yang tinggal di pinggiran Jakarta, tepatnya di luar Jakarta sih. Domisili saya adalah Tangerang, bukan Tangerang Selatan, tapi masuk Tangerang Kota. Tapi saya bukan di tengah atau pusat kota Tangerang. Saya ini orang pinggiran, orang perbatasan antara Tangerang dan Jakarta. Bahkan area tempat tinggal saya merupakan perbatasan antara Tangerang Kota dengan Jakarta Barat dan Jakarta Selatan, bisa ditambahkan juga Tangerang Selatan.
Sejujurnya saya sendiri masih kagum dengan kondisi kanal dan sungai Cisadane di Tangerang. Dibandingkan dengan sungai Ciliwung yang membelah Jakarta, sungai Cisadane bahkan kanal yang membelah Tangerang Kota bisa dikategorikan jauh lebih bersih. Memang airnya tidak bening. Tapi toh sungai yang membelah Singapura yang terkenal bersih sekalipun juga tidak bening airnya. Jadi maksud saya tuh sungai Cisadane 10 12 dengan sungai yang membelah Singapura. Bedanya di Singapura bantaran sungainya dimanfaatkan untuk tempat makan dan bisnis. Sementara sungai Cisadane yang membelah dari Tangerang Selatan hingga Tangerang Kota belum dimanfaatkan sejauh itu. Bahkan sebagian besar masih merupakan bagian bantaran sungai yang asli, alami.
Tangerang Kota beruntung karena memiliki bandara international, yang sayangnya lebih dikenali sebagai bandaranya Jakarta ketimbang Tangerang. Meski saya baru tahu dari sejarah bahwa pembangunan bandara Soekarno Hatta itu oleh Tommy Soeharto membuat kanal-kanal yang berfungsi mengatur air di Tangerang dan dikerjakan sejak jaman Belanda menjadi tidak berfungsi hingga menimbulkan kebanjiran serta mubazir. Ya begitulah segala sesuatu memang ada segi positif dan negatifnya. Lewat Tangerang berdatangan sejumlah besar turis mancanegara, domestik, pebisnis. Dampak ekonomi dari bandara tentu cukup berarti bagi pendapatan daerah.
Yang membanggakan adalah pemerintah daerah Tangerang Kota, dibawah kepemimpinan Wahidin Halim ternyata cukup sukses membuat perubahan pada wajah Tangerang Kota. Sejauh pengetahuan saya melalui jalan-jalan di perkampungan kecil, sebagian besar telah dipasang dengan blok beton, conbloc. Puskesmas cukup terawat. Dan yang lebih penting, bagi warga tidak mampu diberikan akses untuk pengobatan gratis. Kesaksian ini bukan dibuat-buat oleh pemkot Tangerang, tapi saya adalah saksi hidup untuk kenyataan ini.
Rumah Sakit Kusta Sitanala yang sekarang telah berubah menjadi Rumah Sakit Umum Sitanala, merupakan salah satu fasilitas berobat yang ternama. Almarhumah Putri Diana dari Inggris pernah berkunjung dan membesuk pasien-pasien kusta di rumah sakit ini. Luar biasa kan keberanian dan kasihnya Putri Diana ini?
Salah satu peninggalan terkenal yang terdapat di Tangerang adalah Pasar Lama Tangerang. Jika Tangerang Selatan terkenal dengan Pasar Modern Serpong, maka Tangerang Kota memiliki Pasar Lama yang sepertinya memiliki kehidupan yang diturunkan sejak jaman dahulu hingga menarik minat food blogger, culinary enthusiasts bahkan pakar kuliner seperti William Wongso sekalipun. Jika Anda mengikuti akun twitter maupun instagram dari Om William, tentu akan menyadari beberapa kali beliau membahas tentang Pasar Lama Tangerang dengan foto mulai dari komoditi yang dijual di sana hingga kondisi kehidupan pasarnya sendiri..
Selain pasar, yang juga terkenal dari Tangerang adalah klentengnya. Tentang ini akan dibahas di tulisan berikutnya. Foto-foto akan diperbaharui kemudian.
No comments:
Post a Comment