Aku duduk terdiam menyaksikan
Polisi bekerja di tempat kejadian perkara. Polisi baru saja selesai mencoba melakukan
rekonstruksi ulang . Aku masih tak percaya dengan semua kejadian ini. Semua
terjadi begitu cepat.
Seorang reporter televisi berdiri
dan berbicara menatap kamera, “ Pemirsa, hari ini Polisi mencoba melakukan reka
ulang kejadian pembunuhan terhadap pengusaha, Sony Putranto. “
* * *
“ Jadi Son, kapan kamu akan
menceraikan istrimu? Aku lelah harus seperti ini terus menerus. Aku tidak bahagia
dengan keadaan seperti ini. Aku tidak puas hanya memilikimu di waktu-waktu
tertentu saja. Aku bosan harus sembunyi terus menerus. Sampai kapan kita
seperti ini? “ tanya Andrea kepada Sony.
“ Tolonglah Sweetie, jangan desak
aku seperti ini. Aku tak dapat menceraikan istriku. Kau tahu sendiri semua yang
aku peroleh sekarang ini atas bantuan dan posisi istriku. Kalau bukan karena
istriku, mana mungkin aku bisa membeli rumah ini. Mana mungkin kau bisa
menempati rumah ini. Kalau aku menceraikan dia, habislah aku. Cobalah untuk
bersabar dan mengerti posisiku. Bagaimana dengan kedua anakku nanti? “ jawab
Sony berusaha menenangkan Andrea.
“ Tapi apa kamu sendiri berusaha
mengerti posisiku? Aku kesepian, Son. Aku sendirian di rumah ini. Aku tak
sanggup harus hidup seperti ini. Apa kau mau aku mencari lelaki lain untuk
menemaniku setiap malam? Aku bisa saja mendapatkan lelaki lain untuk hubungan
sex semalam sebagai penggantimu. Tapi bukan itu yang aku mau. Aku mencintaimu,
sangat mencintaimu. Aku ingin kita bisa bersama-sama untuk selamanya. Kita toh
bisa bersama-sama mengasuh kedua anakmu. Atau kita bisa mengangkat anak
kalaupun kau kehilangan hak asuh atas kedua anakmu. ”
“ Hah? Kau naïf sekali, Sweetie.
Kau pikir kalau aku menceraikan istriku dalam sekejab mata kami akan bercerai?
Sudahlah, pokoknya aku tidak mau membahas soal ini lagi. Habis perkara! “ Sony
berjalan keluar dan membanting pintu di hadapan Andrea.
Andrea terkejut. Belum pernah
Sony bersikap seperti itu kepadanya. Hati Andrea terasa sakit. Ia marah
sekaligus sedih dan kecewa. Matanya mulai berkaca-kaca.
* * *
Entah sejak kapan aku mulai
merasa ada perubahan pada diri suamiku. Sony mulai gemar berdandan lebih rapi
dari biasanya. Waktu itu sempat kutanyakan mengapa ia berdandan lebih rapi.
Jawabnya ia sedang senang karena proyek-proyek yang sedang ditindaklanjutinya
ternyata berhasil tembus.
Lama kelamaan aku sendiri menemukan
kejadian yang membuatku curiga. Aku sering mendapati Sony menerima telepon diam-diam
dan berbicara dengan suara pelan serta sembunyi-sembunyi. Sesuatu yang tak
pernah dilakukannya selama ini.
Pernah sekali waktu saat ia
sedang mandi aku memeriksa ponselnya berusaha mencari tahu siapa yang semalam
meneleponnya. Tapi aku tidak berhasil karena nomor penelepon itu tidak muncul
di daftar.
Sekali waktu Sony mendapatiku
sedang memegang ponselnya setelah ia selesai mandi.
“ Siapa, Ma? “ tanya Sony. Aku
sempat merasakan nada kuatir dalam suaranya meski raut mukanya berusaha
terlihat tenang.
“ Si Monika, barusan menelepon
mengingatkan rapat di Keputran, “ jawabku.
“ Oh begitu,“ jawab Sony. Samar
aku mendengar desahan napas leganya.
Setelah kejadian itu, nampaknya Sony lebih
bersikap hati-hati. Aku sengaja menelpon ponselnya saat ia sedang mandi dengan
alasan salah tekan. Dan ternyata ponselnya dibawa ke dalam kamar mandi. Dari
situ aku mulai bertambah curiga terhadapnya.
* * *
“ Untuk apa kau meneleponku pagi
tadi? “ tanya Sony dengan suara keras.
“ Aku kangen, Say. Sudah seminggu
kan kita
tidak bertemu, “ jawab Andrea dengan manja sambil merangkul pinggang Sony.
“ Kau ini sengaja ya? Apa kau
ingin Aline tahu hubungan kita? Kau ini gegabah sekali, “ balas Sony dengan
nada tinggi
“ Sayangku, apa kau pikir aku
begitu bodohnya? Ide yang cerdas bukan menyamar sebagai calon klienmu?
Hahahaha… “ jawab Andrea lagi.
“ Tetap saja itu terlalu gegabah,
“ balas Sony sembari memeluk Andrea mulai mencumbu bibirnya. Tak lama tangan
Sony mulai melucuti pakaian Andrea.
* * *
Kecurigaanku makin bertambah. Aku
mencoba menyelidiki ponsel Sony suatu malam saat ia terlelap sangat. Kububuhkan
sedikit obat tidur ke dalam susu hangat yang setiap malam kubuatkan untuknya.
Aku tak mau ambil resiko Sony terbangun dan menemukanku sedang memeriksa
ponselnya.
Aku mulai membuka daftar nama
kontak teleponnya. Berusaha menemukan nama yang mencurigakan, nama yang tidak
kukenal dengan baik. Beberapa kukenal. Meski banyak juga yang tak kukenal. Tapi
aku belum menemukan titik terang siapa yang harus kucurigai sebagai selingkuhan
Sony.
Akhirnya aku mulai membuka message inbox. Begitu banyak pesan masuk
di dalam inbox hingga berjumlah lebih
dari seribu. Pesan-pesan mulai dari bukti transfer, bukti pembayaran online
sampai pesan dariku, dari rekan bisnisnya, sekretarisnya, atau anggota keluarga
kami yang lain. Dari sekitar seribu pesan di
message inbox tak kutemukan satupun yang mencurigakan. Sampai saat aku
memeriksa sent folder di ponsel itu.
Aku menemukan satu pesan yang merupakan titik terang terselip diantara ribuan
pesan terkirim dari ponsel Sony.
To: +6281309878xxxx 21/06/08
Aku ingin bercinta denganmu malam
ini…. xoxo ur love
* * *
Dari televisi nampak seorang melaporkan
headline news, “ Pemirsa, telah terjadi pembunuhan terhadap pengusaha, SP.
Jasad SP ditemukan di sebuah rumah mewah
di daerah Kebayoran Baru oleh pembantu rumah. Dugaan sementara pembunuh adalah
AP yang adalah penghuni rumah tempat kejadian perkara. “
Andrea tengah berada di sebuah
hotel di kawasan Bogor. Ia gemetar ketakutan. Pandangannya tak lepas dari
televisi yang sedang menayangkan berita kematian Sony kekasihnya. Andrea
meringkuk di atas tempat tidur. Frustasi dan sedih teramat sangat. Gambaran
pisau yang menancap di dada Sony membayangi benak pikirannya. Sementara hatinya
meraung dalam kesedihan. Sony, pria satu-satunya yang ia cintai sudah mati. Apa
jadi hidupnya tanpa Sony? Andrea menangis pelan-pelan sambil memeluk bantalnya
hingga ia tertidur karena kelelahan.
“ Sweetie, sweetie, “ terdengar
suara panggilan sayang Sony kepada Andrea. Sony membelai kepala Andrea.
“ Sayangku, maafkan aku. Maafkan
aku. Aku selalu menyusahkanmu. Maafkan aku yang tidak pernah puas. Kembalilah
Sayangku, aku tidak akan menuntutmu bercerai dari dia. Kembalilah Son, kembali
Sayangku. Itu sudah cukup buatku. Aku tidak akan menuntut apa-apa lagi asal kau
kembali bersamaku. Sony, sayangku. “ Andrea memeluk Sony sambil terisak-isak.
Namun tak lama Sony melepaskan pelukannya dan perlahan pergi menjauh dari
Andrea.
“ Sony, Sayangku. Jangan tinggalkan
aku sendiri, “ Andrea merintih pelan dalam tidurnya.
* * *
Aku merasa begitu terluka dan
terhina. Aku terbakar api cemburu. Aku tidak tahu apa kekuranganku. Aku ingin
tahu mengapa Sony berselingkuh. Antara aku dan selingkuhannya itu jelas-jelas
kami berbeda. Tapi aku sama sekali tidak menduga Sony tipe orang semacam itu.
Aku sering membuntuti mereka
berdua. Mengawasi mereka. Sampai akhirnya aku mulai mengerti pola pertemuan
mereka. Selalu malam hari saat Sony mengaku akan berangkat ke luar kota, ke Singapura atau Kuala Lumpur.
* * *
Di televisi nampak Polisi sedang
berjalan mengawal Andrea dengan kedua tangan diborgol. Seorang reporter
televisi melaporkan, “ Pemirsa hari ini Polisi berhasil menangkap tersangka AP,
pelaku pembunuhan terhadap pengusaha SP. Hanya dalam waktu seminggu Polisi
berhasil menangkap AP di sebuah hotel di kawasan Bogor. “
Andrea tampak pucat dan lesu.
Pandangannya kosong. Rambutnya acak-acakan. Pakaiannya kusut. Aroma tak sedap
menghambur dari tubuhnya yang tak mandi selama beberapa hari. Seakan-akan
dirinya tak menyadari sedang berada di bawah sorotan puluhan kamera televisi
dan kilauan lampu blitz.
Sejam sebelumnya Andrea menghubungi
Polisi untuk menjemput dirinya. Andrea merasa hidupnya hampa tanpa Sony di
sisinya.
* * *
Seorang reporter televisi berdiri
dan berbicara menatap kamera, “ Pemirsa, hari ini Polisi mencoba melakukan reka
ulang pembunuhan terhadap pengusaha, Sony Putranto. Andreas Perdana, pria
pelaku pembunuhan adalah kekasih gelap dari korban, Sony Putranto. Hubungan
perselingkuhan yang berakhir pada maut. Peristiwa kriminal ini diduga terjadi
karena kecemburuan pelaku terhadap istri korban. Pelaku membunuh korban karena
tidak puas dengan janji korban yang tidak kunjung menceraikan istri korban.
Istri korban sendiri, Aline Putranto, mengaku tak percaya suaminya berselingkuh
dengan Andreas. Menurutnya Sony adalah lelaki normal. “
Dalam hati aku menertawakan semua
reality show yang penuh dengan
kebodohan dan skandal ini. Semua media infotainmen mengulasnya. Masyarakat
jatuh kasihan tehadapku, istri malang korban perselingkuhan suami. Ribuan surat
dan ratusan karangan bunga tanda simpati dikirimkan kepadaku. Rasanya sukar
dipercaya, seperti mimpi buruk saja. Tetapi semua ini nyata. Akulah yang
menyelidiki situasi di rumah Andreas. Rumah yang dibeli Sony dengan uang kami. Aku
sendiri yang mengendap-endap malam itu. Aku yang membius Andreas dengan chloroform. Puas rasanya hatiku. Aku
sendiri yang membunuh Sony dengan pisau kecil milik Andreas. Aku juga yang
meletakkan sidik jari Andreas di pisau itu. Tak seorangpun bisa merebut Sony
dariku. Apalagi Andreas, banci keparat itu
Ini pembalasanku kepada mereka
berdua atas semua sakit hati dan malu yang harus kutanggung. Semoga Sony
membusuk di neraka dan Andreas membusuk di penjara. Aku duduk terdiam dengan
senyum dingin, menyaksikan Polisi bekerja di tempat kejadian perkara. Polisi
baru saja selesai melakukan rekonstruksi ulang . Aku masih tak percaya dengan
semua kejadian ini. Semua terjadi begitu cepat.
Tamat
Tumbuh remaja hingga dewasa dengan novel-novel Agatha Christie mempengaruhi atau menginspirasi saya dalam membuat cerpen ini. Meski jauh dari kualitas seorang Agatha Christie, setidaknya saya sudah berusaha mencobanya.
No comments:
Post a Comment