Sunday, August 2, 2009

Memodifikasi Gaya Desain Khas Oriental Koran Sindo Rabu, 09/04/2008

Dalam artikel di Koran Sindo Rabu, 09/04/2008 saya menjadi salah satu narasumber. Berikut petikannya.

BUDAYA China mewarisi kekayaan yang melimpah hingga seantero dunia.Arsitektur dan desain interiornya pun turut mendunia.Gaya desain ini pun bisa diadopsi ke dalam hunian di Indonesia.

Kebudayaan dari dataran China meninggalkan jejak yang hingga kini masih dapat dijumpai di belahan dunia mana pun.Tradisi yang dipegang kuat oleh bangsa Tionghoa menampilkan sesuatu yang khas dan tentu saja unik pastinya.

Budaya nenek moyang yang selalu terjaga bisa dilihat dengan masih banyaknya bangunan khas Oriental di China, tak terkecuali di Indonesia. ”Arsitektur khas Oriental, yang notabene berasal dari dataran China,pada dasarnya adalah arsitektur tradisional berornamen atau berhias,” jelas arsitek Probo Hindarto.

Contohnya seperti hiasan pada dinding, pintu, dan jendela yang didasarkan pada mitos dan kepercayaan bangsa Tionghoa. Ornamen yang ada beragam, dari ornamen geometris, motif tanaman, hingga binatang. ”Kalau dari segi desain interior, gaya Oriental ditandai dengan penggunaan material kayu,kertas pelapis dinding dan warna yang dominan merah, cokelat tua atau emas,” tandas desainer interior Timothy Iddo Malachi yang akrab disapa Timmy.

Gaya ukiran dalam interior khas Oriental biasanya berbentuk ukiran seperti naga dan singa. Bunga lotus pun kerap digunakan sebagai motif ukiran ataupun lukisan. Lantas,mengingat bangsa China melestarikan budayanya secara kuat di mana pun mereka berada, arsitektur khas Oriental juga tampak di Indonesia dari elemen-elemen tertentu. Contohnya, atap khas China,warna-warna mencolok seperti merah, biru, dan kuning, atau penggunaan patung naga sebagai wujud kepercayaan masih muncul dalam rumah masyarakat Indonesia keturunan.

”Meskipun dalam penggabungan dua arsitektur berbeda ini (perpaduan Indonesia dan China), biasanya karakter arsitektur Tionghoa yang penuh warna dan hiasan menjadi berkurang,bahkan sebagian besar atau keseluruhan hilang,” tambah Probo dari Astudio. Pendapat senada datang dari Timmy.

”Pengolahannya dalam desain interior, misalnya hanya pada penerapan penggunaan warna, aksesori interior,mebel, dan panel divider.” Misalnya,warna-warna netral dipadu dengan warna- warna kuat.Warna merah ada pada satu area dinding saja sebagai aksen.Atau warna merah pada sarung bantal, karpet,atau kain sofa gorden.

”Gawanganatau kongliong juga sering digunakan sebagai penyambung antarruang tanpa menggunakan pintu yang berbentuk bulat seperti bulan purnama,”ujar Timmy. Menurut Probo yang berdomisili di Malang, material alami seperti batu-batuan, kayu, tanah, banyak digunakan. Material biasanya ditampilkan ‘’jujur’’ dengan tidak dicat. Misalnya,warna tanah liat untuk genting,warna kayu untuk kolom kayu.

”Mengombinasikan gaya Oriental dengan unsur desain modern malah akan menyenangkan,” sarannya. ”Tak perlu mengolah seluruh ruangan.Fokuskan pada beberapa hal saja, yang lain dibiarkan lebih sederhana dan modern agar lebih menonjolkan elemen-elemen Oriental karena kekontrasannya,” pungkas Timmy dari Igloodesigndecor.

Anda dapat menyertakan elemen interior seperti lampu dengan desain modern atau seperangkat kursi dan meja makan bergaya Ming. Tentu saja lilin-lilin merah, hiasan dinding semacam baju cheongsam yang digantung di dinding, keramik-keramik China, lonceng angin, atau lampion. ’’Tapi dipajang beberapa saja justru menarik perhatian sehingga kita akan merasakan kesannya,” tambah Timmy mantap.

”Anda juga dapat menyandingkan pernak-pernik aksesori Oriental dengan aksesori bergaya etnis Jawa karena karakter hiasannya agak mirip,”saran Probo yang juga mengelola situs arsitektur dan desain interior.

Tak Harus dengan Fengsui
PARTISI, Partisi bermotif bunga khas negara tirai bambu terlihat cantik sebagai background sudut ruang.

DALAMmendesain ruangan bernuansa China, langsung tebersit apa harus menggunakan perhitungan fengsui? ”Semuanya dikembalikan pada penghuni rumah apakah perlu menggunakan fengsui atau tidak,” ucap Timmy.

Namun, akan lebih baik jika menggunakan perhitungan fengsui. Ini akan menyebabkan tak hanya tampilannya yang Oriental, tapi juga dalam penataan ruangnya. Namun, seiring modernisasi pola pikir masyarakat, banyak yang tidak lagi menggunakan fengsui, secara sebagian bahkan seluruh desain ruangannya.

”Tapi tak jarang, masyarakat pribumi menggunakan perhitungan fengsui untuk menata ruang rumah. Hal ini menunjukkan pengaruh arsitektur Oriental bagi masyarakat pribumi di Indonesia,” ungkap Probo mantap. Menurut Timmy, yang pernah menyelesaikan proyek desain interior bergaya Oriental, gaya Oriental ini lebih abadi dan mudah diadaptasikan tanpa harus terkesan kuno.

Di samping itu, saat ini banyak kain atau wallpaper bermotif bambu atau bunga semacam lili, peoni, dan lotus yang memperkuat nuansa Orientalnya. ”Semuanya harus terlihat proporsional jangan sampai terkesan berlebihan.” Mengingat gaya hidup modern yang mementingkan segi praktis, adaptasi dan modifikasi gaya khas Oriental ini jauh lebih baik agar segala sesuatunya lebih sederhana dan tidak repot dalam perawatannya. (wida/rizky adelia/MG-14)

No comments:

Post a Comment