Monday, June 30, 2014

Preparing Idul Fitri Hampers Promo



Part of the back to fitr' process is sharing with other people who care.
Share the joy of Eid Ul Fitr with our cakes.
Place your order now!

Maklumlah sebagai baker kelas pemula, dana masih terbatas. Jadi persiapan untuk promosi parsel Lebaran pun agak terlambat. Baru di hari ke-2 bahkan ke-3 bisa menyiapkan properti termasuk kuenya untuk pemotretan. Cem betul saja ya! :D Malu sama teman, Risty, yang praktisi periklanan sejati. :D

Maklumlah sebagai seorang mantan praktisi desainer, sedikit banyak saya mengenal, membaca dan mengamati bagaimana dunia komersial retail melakukan promosi. Biar pun masih kelas online shop, berusaha mengikuti ritmenya sesuai momen-momen besar sepanjang tahun. Meski kadang terengah-engah -hembus napas panjang- tetapi perjalanan ini sungguh menarik minat saya. Ibarat kata kemampuan desain ditantang untuk diterapkan pada bidang yang berbeda.

Hari ini saya mulai menyiapkan kue yang akan digunakan untuk pemotretan. Beberapa properti seperti dus sudah saya siapkan sejak minggu lalu. Mudah-mudahan besok pagi cuaca cerah, matahari bersinar. Maklum pemotretan terbaik di ruang tamu dengan pantulan cahaya matahari itu sebelum lewat jam sembilan atau jam sepuluh pagi. Terbayang betapa riuhnya besok, mengingat semua dikerjakan sendiri. Dari mulai menata kue, properti pendukung sampai memotretnya dari atas kursi.

Repot? Susah? Capek?
Pasti!
Tapi semua terbayar saat foto jadi, diupload ke sejumlah social media dan pesanan mulai berdatangan.

Yuk, yang mau pesan Klappertaart Lebaran, versi halal, tanpa rum, rasa vanilla dan butter. Bisa hubungi di 08892505753 & 089637070353.

posted from Bloggeroid

A Long and Winding Road to Wedding Proposal Cupcakes



Sepanjang hampir tiga tahun beralih profesi menjadi koki, membuat Klappertaart. Sebenarnya bukan kali pertama karya saya disertakan sebagai salah satu dari satu koleksi hantaran lamaran pernikahan.
Pertama kali adalah Klappertaart saya disertakan dalam hantaran lamaran seorang kenalan, Agnes. Yang kedua kalinya, Klappertaart saya dilibatkan dalam hantaran pernikahan untuk adik dari teman Multiply, Ahmad Mubarak dan sang istri Femmy.

Awal November tahun 2013 lalu untuk pertama kalinya saya mendapatkan pesanan cupcakes hantaran lamaran dari salah seorang tetangga, Brama. Saat itu saya langsung berusaha mencari referensi desain dekorasi cupcake. Mulai mencicil membeli peralatan membuat dekorasi dengan fondant. Sebagai pemula, saat itu saya masih terpengaruh dengan gaya dekorasi cakeshop lain yang cenderung ramai menurut penilaian saya sekarang. Dengan berjalannya waktu saya mulai menemukan gaya dekorasi sendiri. Rasanya tak percuma kuliah desain interior.

Dan itulah yang berusaha saya terapkan untuk wedding proposal cupcakes dari Rama & Devi. Saya berusaha mengurangi penggunaan fondant. Sebagai gantinya saya beralih menggunakan coklat warna. Selama kunjungan ke beberapa toko bahan kue, saya menemukan sejumlah cetakan coklat yang unik dan menurut saya cocok untuk konsep cupcake kali ini.

Untuk hantaran lamaran kali ini saya mengurangi penggunaan warna. Sebagai desainer, saya merasa penggunaan warna sebaiknya tak lebih dari dua. Warna putih tentu saya pilih sebagai warna dasar. Sementara warna merah jambu tentu saya pilih. Warna apalagi yang cocok mewakili rona cinta dalam sebuah momen seperti ini selain merah jambu. Warna merah darah menurut saya terlalu kuat jika bersanding dengan latar putih. Lagipula rona merah seperti itu sudah terwakili dengan jenis cake yang saya gunakan.

Untuk cake saya memilih menggunakan red velvet. Kelembutannya seakan mewakili rasa cinta dalam hati. Sementara untuk filling dan sebagian cake topper saya menggunakan cream cheese. Hiasan coklat berwarna pink yang saya pilih berbentuk hati yang tertusuk panah cinta Cupid, dewa cinta. Bentuk coklat lainnya bertuliskan "Be Mine" sebagai simbol lamaran. Bentuk lainnya bertuliskan "Hug Me". Apalah artinya cinta tanpa sebuah pelukan. Dan untuk menambahkan sisi humor yang mewakili pribadi sang pria, Rama, saya menambahkan coklat berbentuk bibir yang ranum bertuliskan "Kiss Me". Sebuah kecupan mesra tanda cinta di atas cupcake.
Saya mengaplikasikan sebuah karikatur Rama dan Devi yang dibuat oleh ilustrator Apri ke edible printing untuk topper salah satu cupcake. Seperti di atas kue penganten, kali ini saya mengaplikasikan dua hati menjadi satu dengan fondant diapit nama Rama dan Devi.

Begitulah kisah saya dengan wedding proposal cupcakes. Yang mau menikah, boleh kok menghubungi saya di 08892505753 atau 089637070353.


posted from Bloggeroid

Sunday, June 29, 2014

The Journey to My First Wedding Cake



Akhirnya bagian ke-3 dari kisah perjalanan membuat kue pengantin untuk pertama kalinya.

Setelah menentukan carrot cake sebagai kue dasar dan red velvet sebagai kue tingkat di atasnya. Saya menentukan cream cheese dari mascarpone sebagai lapisan kuenya. Sementara penutup luar dari kuenya saya memutuskan mengaplikasikan fondant.

Awalnya saya ingin menggunakan bunga sungguhan sebagai dekorasi di sisi kue. Namun karena berbagai pertimbangan akhirnya ide ini tak jadi digunakan. Selain karena sulitnya menemukan organic edible flower untuk menghias kue.

Edible organic flower? Apa itu?

Edible organic flower adalah bunga organik yang dapat dimakan.

Berasa Suzana ga sih? Makan kelopak mawar? Tentu tidak! Meski mengaplikasikan edible organic flower sebagai dekorasi kue, bukan berarti bunganya harus dimakan juga kan?

Menurut teman seorang flower designer yang telah melanglang buana di Amerika dan Eropa, Andoko Maghavanto, beberapa jenis bunga memang dapat dimakan. Tapi belum tentu bebungaan itu termasuk yang organik. Masalahnya bebungaan yang diasumsikan dapat dimakan ini -meski tak harus dikonsumsi- kalau bukan organik, tentu agak mengkuatirkan saya. Saya tak tahu seberapa banyak porsi pestisida yang mungkin saja menempel pada bebungaan itu. Itulah sebabnya saya berpikir ulang dalam menggunakan edible flower untuk dekorasi kue sampai saya yakin untuk mengaplikasikannya.

Akhirnya diputuskan untuk membuat dekorasi bunga dengan fondant. Saya sebenarnya tidak menyukai jenis kue dengan dekorasi bunga bervolume penuh. Saya cenderung menyukai kue dengan desain yang minimalis.
Itulah sebabnya saya membuat sedikit bunga dan berukuran kecil. Saya juga menghindari membuat kue pengantin bertumpuk-tumpuk dari styrofoam. Saya lebih memilih membuat kue penganten yang dapat dimakan. Menurut saya kue penganten selain dinikmati kedua mempelai, keluarga inti, seharusnya juga bisa dinikmati oleh sebagian tamu. Setidaknya tamu VIP.

Satu hal yang saya sukai dari kue berdesain minimalis adalah kesederhanaannya. Di tengah-tengah kemewahan kue pengantin yang bertumpuk-tumpuk mencakar langit, menurut saya hanya dapat ditandingi dengan kesederhanaan.

Sementara untuk topper dari kue saya memilih sepasang Merpati daripada figur sepasang pengantin pria dan wanita yang sudah jamak. Saya ingin sesuatu yang berbeda.

Mengapa burung Merpati? Karena burung merpati tak memiliki empedu di dalam hatinya. Artinya tak ada yang pahit dalam hati. Jadi lewat sepasang Merpati ini saya ingin sebagai simbol harapan agar Rama dan Devi di dalam mengaruhi pernikahan tak ada yang pahit di hati mereka berdua.

Warna putih pada kue melambangkan kasih suci yang dalam nikah Rama dan Devi. Sementara warna merah muda sebagai lambang dari hati tanda cinta dari kedua mempelai, sekaligus benang merah kesinambungan dari cupcake hantaran lamaran.

Di atas kue juga saya menempatkan motif dua hati dalam warna berbeda menjadi satu. Simbol dari dua hati Rama dan Devi bukan lagi dua, tetapi menjadi satu dalam mahligai pernikahan. Ditegaskan dengan karikatur dari mereka direkatkan pada dua hati yang menyatu.

Yah begitulah konsep desain kue pernikahan pertama saya.

Kalau mau memesan boleh lho hubungi saya di 08892505753 atau 089637070353. Mari kita berdiskusi tentang desain kue pengantin.

posted from Bloggeroid

Friday, June 20, 2014

The Journey to My First Wedding Cake part 2



Melanjutkan kisah tentang perjalanan menuju kue pengantin perdana di bagian satu. Sedikit membutuhkan waktu lebih lama karena kesibukan membuat pesanan.

Awalnya saya masih bimbang dalam menentukan jenis pelapis, penutup kue. Antara menggunakan cream cheese, buttercream, atau fondant.

Tapi untuk jenis kuenya, saya sudah melakukan riset dengan google tentang jenis kue yang menurut perkiraan saya yang amatir ini bakal memberikan struktur kue bertingkat yang kuat.

Pilihan saya untuk dasar kuenya, Carrot Cake. Kue Wortel ini punya tekstur yang padat. Saya sih mikirnya kalau padat akan kuat menahan kue di atasnya. Maklumlah masih awam, jadi banyak kekuatiran kalo cake-nya bakal ambles, turun kalau ditumpuk.

Padahal sih, saya sudah melakukan riset bagaimana membuat kue bersusun bertingkat. Termasuk soal dowel yang digunakan untuk menyangga kue di atas kue. Ternyata dowel bisa digantikan dengan sedotan besar yang biasa dipakai untuk minuman dengan bubble. Terima kasih untuk mbak Rusiana dari toko kue Lowids di Bintaro Sektor 9 yang tak pernah bosan dijadikan narasumber untuk tips membuat kue.

Awalnya saya berpikir kalau menumpuk kue, saya harus menggunakan alas kue dari plywood tipis yang biasa dibungkus kertas alumunium itu. Ternyata menurut mbak Rusi, tidak perlu. Bahkan sampai 3 susun kue pun masih tergolong aman dengan sponge cake.

Hmmm, padahal saya belum tertarik menggunakan sponge cake. Ada juga yang menganjurkan saya menggunakan kue Lapis Surabaya. Duh padahal saya bukan penggemar Lapis Surabaya. Apalagi Lapis Surabaya yang dibalut Buttercream. Yang ada kan eneg rasanya karena manis dan berminyak. Ya maaf-maaf saja kalau saya masih belum bisa menemukan kue khas Indonesia yang dapat dipadukan dengan Buttercream. Namanya juga masih amatir.

Lantas apa saya menggunakan Buttercream?

Jawabannya tidak.

Mengapa?

Karena pesta nikahnya diadakan di luar ruangan, bertema pesta kebun. Saya kuatir Buttercream-nya meleleh karena panasnya Bekassie. Agak lebay mungkin ya? Tapi ya namanya belum berpengalaman, saya tidak berani ambil resiko kue pengantin perdana rusak hanya karena salah pilih krim pelapis kue. Artinya pakai cream cheese pun tidak. Well, pakai sih cream cheese, tapi hanya untuk lapisan dalam antar kue. Bukan untuk lapisan luar kuenya. Untuk penutup luar kue, saya menggunakan fondant. Lebih aman dengan suhu panas di luar ruangan.

Lanjutnya di bagian berikutnya ya.

posted from Bloggeroid

Tuesday, June 3, 2014

The Journey of My First Wedding Cake (part 1)

Pertama mendengar tentang berita akan berlangsungnya pernikahan dari kedua teman saya, Rama & Devi sejak Januari 2014 saya ingin membuatkan wedding cake atau dessert table untuk mereka. Tapi tentu saya tidak bisa sesuka hati mengajukan diri dan memaksakan keinginan saya itu. Mereka tentu memiliki pilihan sendiri.

Akhirnya saya menawarkan untuk membuat cupcake untuk hantaran saat acara lamaran. Karena saya berpikir hantaran lamaran berupa cupcake tentu dapat diselipkan diantara sekian hantaran lainnya. Setidaknya the more the merrier, lebih banyak lebih meriah. Dan puji Tuhan, ternyata disetujui.





Sebenarnya saat membuat cupcake untuk lamaran, saya tidak melakukan konsultasi bagaimana keinginan Rama & Devi. Di satu sisi saya ingin membuat surprise bagi keduanya. Hal ini berarti kebebasan bagi saya untuk berkreasi. Tapi di sisi lain, saya juga kuatir kalau-kalau mereka tak menyukai hasil akhirnya.

Sebenarnya ini bukan pertama kali saya membuat kue untuk hantaran lamaran. Sebelumnya saya pernah tiga kali membuat kue untuk hantaran lamaran. Dua yang pertama berupa seloyang Klappertaart. Tentu tanpa hiasan yang cantik atau meriah. Yang ketiga berupa cupcake.



Pelajaran dari pertama kali membuat cupcake untuk hantaran lamaran, masih terlalu maskulin. Itulah yang saya berusaha hindari. Saya berusaha membuat kue yang lebih girly, lebih cantik. Yang terpikir adalah pinky thingies. Kemudian terlintas untuk membuat red velvet cake yang dimodifikasi menjadi strawberry supaya lebih pinky.

Tetapi bagaimana dengan dekorasi cupcakenya?
Di satu sisi saya bukan penggemar fondant, gula padat liat, yang biasa digunakan untuk membuat dekorasi kue. Saya juga bukan penggemar buttercream. Meski saya tetap harus menggunakan kedua bahan itu saat benar-benar dibutuhkan.

Tapi untuk cupcake hantaran lamaran Rama & Devi ini saya ingin mengajukan konsep perpaduan antara strawberry dan cheese. Sweet and savory. Manis dan asin. Supaya terjadi dinamika saat kita memasukannya ke dalam mulut. Lapisan tekstur lembut dari velvety cake, berganti dengan aroma manis strawberry berlanjut dengan gelombang halus dari cream cheese yang asin, bukan manis seperti pada umumnya.

Untuk dekorasi cupcake yang berupa tulisan saya menggunakan fondant. Demi mengimbangi tekstur fondant yang renyah, cupcake saya isi dengan cream cheese. Sementara untuk sisanya saya menggunakan white coklat yang diberi warna pink dan dicetak membentuk motif hati dan lainnya. Coklat pink ini akan diletakan sebagai topper cupcake di atas lapisan cream cheese.

Sabtu di sekitar awal Mei saya mengantarkan cupcake lamaran ini kepada Rama. Sungguh senang saat mengetahui jika mereka menyukainya.


posted from Bloggeroid

Monday, June 2, 2014

FOTO MAKANAN

Saya menyukai fotografi. Tapi saya jarang berlibur ke berbagai tempat yang memiliki alam dengan pemandangan yang sanggup membuat kita menahan napas terkagum-kagum.

Akhirnya pelampiasan saya tentu pada makanan. Meski saya sendiri minim mengunjungi tempat makan yang populer dengan hidangan yang terkenal sedap dan berpenampilan menarik.

Kembali pelampiasan saya pada mengambil gambar pada kue-kue yang saya buat sendiri. Selain untuk pemasaran Klappertaart tentunya. Sering saya tergiur dengan foto-foto makanan yang tampil dengan indah di Instagram dan Pinterest.

Sebagai pemula, tentu foto saya sejak awal berjualan Klappertaart dapat dikategorikan, ehm malu untuk mengakuinya, buruk. Saya ingat, awalnya foto Klappertaart diambil dengan menggunakan kamera dari Blackberry Curve Gemini. Tanpa lampu kilat. Bisa dikatakan remang-remang. Peralatan seadanya, tanpa aksesori pemanis yang mendukung tampilan foto. Jika dikenang sekarang rasanya sedikit memalukan. Tapi itulah awal dari proses belajar.

Awal tahun 2013 lalu, saya baru memiliki tablet. Dari merk lokal, buatan Cina. Murah meriah. Yang penting saat itu saya dapat memperluas pemasaran dengan menggunakan sistem operasi android, selain blackberry. Saat itu saya baru dapat mendaftar sebagai pengguna Instagram. Saya juga dapat aktif di Pinterest & Blogspot. Sesuatu yang saat itu tidak bisa saya akses dengan device Blackberry saya. Meski tetap saya harus menjual Blackberry saya di Maret 2013. Sedih? Tapi kesulitan keuangan membuat saya memutuskan untuk melepas Blackberry itu dan beralih sepenuhnya dengan android di tablet.

Satu yang cukup menghibur, saya dapat mengunduh aplikasi edit foto. Meski saya harus kehilangan kontak Blackberry messengger sejumlah klien.
Karena hanya menggunakan tablet murah dengan kamera pixel kecil serta tanpa lampu kilat, mau tak mau saya harus menyiasati bagaimana memaksimalkan peralatan saya ini. Untunglah saya beruntung menemukan komunitas KameraHPGw. Dari sanalah saya seakan terbangun dari tidur. Saya mulai menyadari pentingnya fotografi makanan untuk memasarkan Klappertaart buatan saya. Saya juga jadi tahu bagaimana mengatasi kekurangan kamera tablet saya dengan menggunakan peralatan murah meriah seperti penggunaan kaca pembesar untuk pengambilan gambar makanan secara makro, close up (jarak dekat).

Dari situ saya mulai tertarik lebih mendalami food photography. Saya mulai mencari buku tentang memotret makanan di berbagai toko buku. Hingga menemukan buku tentang food photography karya fotografer lokal yang aktif di Natural Cooking Club. Saya juga mulai mengumpulkan dan membeli properti penunjang foto.

Semakin mengetahui teknik pemotretan makanan. Ternyata justru membuat standar saya dalam memotret makanan menjadi lebih tinggi. Yang pada akhirnya justru memperumit keadaan. Memotret makan menjadi tak sesederhana memencet tombol klik pada Blackberry. Persiapannya mulai dari menentukan waktu terbaik untuk pemotretan, mengatur properti. Padahal kue yang saya buat misalnya baru jadi tengah malam dini hari. Sementara waktu terbaik pemotretan itu pukul 6 sampai pukul 10 pagi. Empat jam yang sangat singkat buat saya yang terlambat bangun dan masih harus menyiapkan pengemasan serta pengiriman.

Alhasil lebih sering tak sempat memotret daripada memotret hasil karya saya. (-_-)"

Akhir-akhir ini saya mengikuti kontes foto di Instagram. Dengan harapan dapat memenangkan hadiahnya untuk menyambung hidup keluarga. Eh, ternyata sudah yakin bisa menang, tak kunjung menang juga. Sedih? Pastinya!

Ngomong-ngomong sudah follow instagram KlappertaartON belum? Follow ya? Ada iklan yang lucu-lucu cukup untuk membuat ada tersenyim, selain foto yang yah mudah-mudahan bisa membuat Anda ngiler atau terinspirasi memesan kue saya. (((((terinspirasi))))) :D

Ini lho foto buat kontes dengan view ala Instagram. Bagus ga sih?




posted from Bloggeroid