Sunday, August 8, 2010

MERANCANG RUANG KELUARGA



Saat ini merancang sebuah ruang keluarga rasanya seperti sesuatu yang mengada-ada. Keberadaannya antara ada dan tiada, antara butuh dan tidak butuh. Seringkali malah menjadi semacam piala, dipajang saja karena keindahannya tapi tidak berguna.
Mengapa begitu? Karena saat ini budaya keluarga berbeda dengan pada dekade-dekade yang lalu di abad lampau. Bahkan di kota besar seperti Jakarta rasanya hampir mustahil menemukan sebuah keluarga dimana semua anggotanya duduk bersama di ruang makan untuk makan malam pada pukul tujuh malam atau bercengkerama menonton televisi bersama di ruang keluarga. Pekerjaan, kemacetan, dan tuntutan gaya hidup yang makin tinggi membuat semua kebiasaan rumahan itu makin lama makin terkikis. Lebih mudah mengumpulkan seluruh anggota keluarga untuk duduk bersama dan makan malam di mall ketimbang di rumah sendiri.

Dulu ruang keluarga identik sebagai tempat berkumpul bersama seisi keluarga dengan televisi menjadi pusat kegiatan. Sambil menonton televisi dulu keluarga saya termasuk pembantu ikut menonton televisi bersama-sama di ruang keluarga. Ayah saya sih memang tidak terlalu suka menonton televisi. Namun ia terbiasa membaca koran hari itu di meja makan yang bersebelahan dengan ruang keluarga. Sambil mengobrol tentunya.

Saat ini, dengan meningkatnya kesejahteraan, yang sepertinya dialami hampir oleh semua keluarga kelas menengah, kebersamaan di ruang keluarga terasa menjadi sesuatu yang langka dan mahal harganya. Apalagi di tengah kesibukan setiap anggota keluarga. Tetapi hal ini diperparah dengan adanya televisi di setiap kamar tidur. Belum termasuk komputer dengan sambungan internet. Banyak tradisi lama yang dilakukan untuk mempererat tali kekeluargaan, sekarang mulai hilang dan digantikan oleh ponsel, internet dan situs jaringan sosial.

Oprah Winfrey dalam acara bincang-bincangnya pernah bersabda, “Jangan meletakkan televisi di kamar tidur.“ Saya sependapat Oprah. Dengan adanya perangkat televisi, pemutar vcd-dvd ditambah komputer lengkap dengan akses internet bebas di kamar tidur masing-masing apa yang akan terjadi dengan anggota keluarga kita yang masih muda? Ditunjang dengan kondisi kedua orang tua yang sama-sama bekerja di luar rumah.

Saat ini saja akses internet dapat dengan mudah dilakukan melalui ponsel. Gambar-gambar porno tersebar cepat lewat fasilitas MMS. Dahulu saat internet dan teknologi ponsel belum sepopuler sekarang saja, bukanlah masalah yang sulit untuk anak-anak remaja mendapatkan media pornografi.

Akan lebih baik jika kita merancang ruang keluarga memang sebagai tempat berkumpul seluruh keluarga. Dan hal itu berarti mengurangi segala fasilitas kenyamanan dan kemewahan di setiap kamar tidur. Meskipun ada saatnya untuk menyendiri, tetapi saat-saat bercengkerama bersama seluruh anggota keluarga tentu memiliki nilai yang sama berharganya. Tidak ada salahnya mengorbankan kepentingan pribadi dan anak-anak untuk kepentingan seluruh keluarga yang pada akhirnya menyangkut kepuasan batin pribadi juga. Memang untuk menghidupkan suasana dalam ruang keluarga diperlukan komitmen seluruh anggota keluarga, paling tidak dimulai dari orang tua terlebih dahulu. Komitmen tersebut dimulai dari yang sederhana, menyediakan waktu untuk seluruh keluarga melakukan aktivitas bersama-sama dalam satu ruangan. Aktivitas itu terdiri dari beragam pilihan misalnya bermain games, menonton film atau televisi hingga memasak dan makan bersama.

Sebagai contoh bisa Anda simak apa yang diangkat oleh Kompas, Minggu,, 25 Juli 2010 tentang ruang keluarga pasangan Ahmad Ramdhani-Miranti dalam Urban, Aku & Rumahku. Pasangan ini merancang sebuah ruang keluarga yang terbuka dengan menempatkan perangkat seperti televisi, komputer maupun laptop dengan fasilitas internet dalam satu ruangan besar. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari agar anggota keluarga mereka terhindar dari aktivitas yang menyimpang dengan adanya kebersamaan dimana semua anggota bisa saling mengawasi satu dengan yang lainnya. Dengan menempatkan berbagai perangkat tersebut dalam satu ruangan besar, kedua pasangan ini berhasil menghapus kesan kontrol berlebihan yang cenderung mengekang kebebasan dan keinginan anak-anak.

No comments:

Post a Comment