Monday, May 19, 2014

PERKARA



Aku duduk terdiam menyaksikan Polisi bekerja di tempat kejadian perkara. Polisi baru saja selesai mencoba melakukan rekonstruksi ulang . Aku masih tak percaya dengan semua kejadian ini. Semua terjadi begitu cepat.
Seorang reporter televisi berdiri dan berbicara menatap kamera, “ Pemirsa, hari ini Polisi mencoba melakukan reka ulang kejadian pembunuhan terhadap pengusaha, Sony Putranto. “
* * *
“ Jadi Son, kapan kamu akan menceraikan istrimu? Aku lelah harus seperti ini terus menerus. Aku tidak bahagia dengan keadaan seperti ini. Aku tidak puas hanya memilikimu di waktu-waktu tertentu saja. Aku bosan harus sembunyi terus menerus. Sampai kapan kita seperti ini? “ tanya Andrea kepada Sony.
“ Tolonglah Sweetie, jangan desak aku seperti ini. Aku tak dapat menceraikan istriku. Kau tahu sendiri semua yang aku peroleh sekarang ini atas bantuan dan posisi istriku. Kalau bukan karena istriku, mana mungkin aku bisa membeli rumah ini. Mana mungkin kau bisa menempati rumah ini. Kalau aku menceraikan dia, habislah aku. Cobalah untuk bersabar dan mengerti posisiku. Bagaimana dengan kedua anakku nanti? “ jawab Sony berusaha menenangkan Andrea.
“ Tapi apa kamu sendiri berusaha mengerti posisiku? Aku kesepian, Son. Aku sendirian di rumah ini. Aku tak sanggup harus hidup seperti ini. Apa kau mau aku mencari lelaki lain untuk menemaniku setiap malam? Aku bisa saja mendapatkan lelaki lain untuk hubungan sex semalam sebagai penggantimu. Tapi bukan itu yang aku mau. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Aku ingin kita bisa bersama-sama untuk selamanya. Kita toh bisa bersama-sama mengasuh kedua anakmu. Atau kita bisa mengangkat anak kalaupun kau kehilangan hak asuh atas kedua anakmu. ”
“ Hah? Kau naïf sekali, Sweetie. Kau pikir kalau aku menceraikan istriku dalam sekejab mata kami akan bercerai? Sudahlah, pokoknya aku tidak mau membahas soal ini lagi. Habis perkara! “ Sony berjalan keluar dan membanting pintu di hadapan Andrea.
Andrea terkejut. Belum pernah Sony bersikap seperti itu kepadanya. Hati Andrea terasa sakit. Ia marah sekaligus sedih dan kecewa. Matanya mulai berkaca-kaca.
* * *
Entah sejak kapan aku mulai merasa ada perubahan pada diri suamiku. Sony mulai gemar berdandan lebih rapi dari biasanya. Waktu itu sempat kutanyakan mengapa ia berdandan lebih rapi. Jawabnya ia sedang senang karena proyek-proyek yang sedang ditindaklanjutinya ternyata berhasil tembus.    
Lama kelamaan aku sendiri menemukan kejadian yang membuatku curiga. Aku sering mendapati Sony menerima telepon diam-diam dan berbicara dengan suara pelan serta sembunyi-sembunyi. Sesuatu yang tak pernah dilakukannya selama ini.
Pernah sekali waktu saat ia sedang mandi aku memeriksa ponselnya berusaha mencari tahu siapa yang semalam meneleponnya. Tapi aku tidak berhasil karena nomor penelepon itu tidak muncul di daftar.
Sekali waktu Sony mendapatiku sedang memegang ponselnya setelah ia selesai mandi.
“ Siapa, Ma? “ tanya Sony. Aku sempat merasakan nada kuatir dalam suaranya meski raut mukanya berusaha terlihat tenang.
“ Si Monika, barusan menelepon mengingatkan rapat di Keputran, “ jawabku.
“ Oh begitu,“ jawab Sony. Samar aku mendengar desahan napas leganya.
 Setelah kejadian itu, nampaknya Sony lebih bersikap hati-hati. Aku sengaja menelpon ponselnya saat ia sedang mandi dengan alasan salah tekan. Dan ternyata ponselnya dibawa ke dalam kamar mandi. Dari situ aku mulai bertambah curiga terhadapnya.
* * *
“ Untuk apa kau meneleponku pagi tadi? “ tanya Sony dengan suara keras.
“ Aku kangen, Say. Sudah seminggu kan kita tidak bertemu, “ jawab Andrea dengan manja sambil merangkul pinggang Sony.
“ Kau ini sengaja ya? Apa kau ingin Aline tahu hubungan kita? Kau ini gegabah sekali, “ balas Sony dengan nada tinggi
“ Sayangku, apa kau pikir aku begitu bodohnya? Ide yang cerdas bukan menyamar sebagai calon klienmu? Hahahaha… “ jawab Andrea lagi.
“ Tetap saja itu terlalu gegabah, “ balas Sony sembari memeluk Andrea mulai mencumbu bibirnya. Tak lama tangan Sony mulai melucuti pakaian Andrea.
* * *
Kecurigaanku makin bertambah. Aku mencoba menyelidiki ponsel Sony suatu malam saat ia terlelap sangat. Kububuhkan sedikit obat tidur ke dalam susu hangat yang setiap malam kubuatkan untuknya. Aku tak mau ambil resiko Sony terbangun dan menemukanku sedang memeriksa ponselnya.
Aku mulai membuka daftar nama kontak teleponnya. Berusaha menemukan nama yang mencurigakan, nama yang tidak kukenal dengan baik. Beberapa kukenal. Meski banyak juga yang tak kukenal. Tapi aku belum menemukan titik terang siapa yang harus kucurigai sebagai selingkuhan Sony.
Akhirnya aku mulai membuka message inbox. Begitu banyak pesan masuk di dalam inbox hingga berjumlah lebih dari seribu. Pesan-pesan mulai dari bukti transfer, bukti pembayaran online sampai pesan dariku, dari rekan bisnisnya, sekretarisnya, atau anggota keluarga kami yang lain. Dari sekitar seribu pesan di message inbox tak kutemukan satupun yang mencurigakan. Sampai saat aku memeriksa sent folder di ponsel itu. Aku menemukan satu pesan yang merupakan titik terang terselip diantara ribuan pesan terkirim dari ponsel Sony.
To: +6281309878xxxx                                                       21/06/08
Aku ingin bercinta denganmu malam ini…. xoxo ur love
* * *
Dari televisi nampak seorang melaporkan headline news, “ Pemirsa, telah terjadi pembunuhan terhadap pengusaha, SP. Jasad  SP ditemukan di sebuah rumah mewah di daerah Kebayoran Baru oleh pembantu rumah. Dugaan sementara pembunuh adalah AP yang adalah penghuni rumah tempat kejadian perkara. “
Andrea tengah berada di sebuah hotel di kawasan Bogor. Ia gemetar ketakutan. Pandangannya tak lepas dari televisi yang sedang menayangkan berita kematian Sony kekasihnya. Andrea meringkuk di atas tempat tidur. Frustasi dan sedih teramat sangat. Gambaran pisau yang menancap di dada Sony membayangi benak pikirannya. Sementara hatinya meraung dalam kesedihan. Sony, pria satu-satunya yang ia cintai sudah mati. Apa jadi hidupnya tanpa Sony? Andrea menangis pelan-pelan sambil memeluk bantalnya hingga ia tertidur karena kelelahan.
“ Sweetie, sweetie, “ terdengar suara panggilan sayang Sony kepada Andrea. Sony membelai kepala Andrea.
“ Sayangku, maafkan aku. Maafkan aku. Aku selalu menyusahkanmu. Maafkan aku yang tidak pernah puas. Kembalilah Sayangku, aku tidak akan menuntutmu bercerai dari dia. Kembalilah Son, kembali Sayangku. Itu sudah cukup buatku. Aku tidak akan menuntut apa-apa lagi asal kau kembali bersamaku. Sony, sayangku. “ Andrea memeluk Sony sambil terisak-isak. Namun tak lama Sony melepaskan pelukannya dan perlahan pergi menjauh dari Andrea.
“ Sony, Sayangku. Jangan tinggalkan aku sendiri, “ Andrea merintih pelan dalam tidurnya.
* * *
Aku merasa begitu terluka dan terhina. Aku terbakar api cemburu. Aku tidak tahu apa kekuranganku. Aku ingin tahu mengapa Sony berselingkuh. Antara aku dan selingkuhannya itu jelas-jelas kami berbeda. Tapi aku sama sekali tidak menduga Sony tipe orang semacam itu.
Aku sering membuntuti mereka berdua. Mengawasi mereka. Sampai akhirnya aku mulai mengerti pola pertemuan mereka. Selalu malam hari saat Sony mengaku akan berangkat ke luar kota, ke Singapura atau Kuala Lumpur.
* * *
            Di televisi nampak Polisi sedang berjalan mengawal Andrea dengan kedua tangan diborgol. Seorang reporter televisi melaporkan, “ Pemirsa hari ini Polisi berhasil menangkap tersangka AP, pelaku pembunuhan terhadap pengusaha SP. Hanya dalam waktu seminggu Polisi berhasil menangkap AP di sebuah hotel di kawasan Bogor. “
            Andrea tampak pucat dan lesu. Pandangannya kosong. Rambutnya acak-acakan. Pakaiannya kusut. Aroma tak sedap menghambur dari tubuhnya yang tak mandi selama beberapa hari. Seakan-akan dirinya tak menyadari sedang berada di bawah sorotan puluhan kamera televisi dan kilauan lampu blitz. 
            Sejam sebelumnya Andrea menghubungi Polisi untuk menjemput dirinya. Andrea merasa hidupnya hampa tanpa Sony di sisinya.
* * *
Seorang reporter televisi berdiri dan berbicara menatap kamera, “ Pemirsa, hari ini Polisi mencoba melakukan reka ulang pembunuhan terhadap pengusaha, Sony Putranto. Andreas Perdana, pria pelaku pembunuhan adalah kekasih gelap dari korban, Sony Putranto. Hubungan perselingkuhan yang berakhir pada maut. Peristiwa kriminal ini diduga terjadi karena kecemburuan pelaku terhadap istri korban. Pelaku membunuh korban karena tidak puas dengan janji korban yang tidak kunjung menceraikan istri korban. Istri korban sendiri, Aline Putranto, mengaku tak percaya suaminya berselingkuh dengan Andreas. Menurutnya Sony adalah lelaki normal. “
Dalam hati aku menertawakan semua reality show yang penuh dengan kebodohan dan skandal ini. Semua media infotainmen mengulasnya. Masyarakat jatuh kasihan tehadapku, istri malang korban perselingkuhan suami. Ribuan surat dan ratusan karangan bunga tanda simpati dikirimkan kepadaku. Rasanya sukar dipercaya, seperti mimpi buruk saja. Tetapi semua ini nyata. Akulah yang menyelidiki situasi di rumah Andreas. Rumah yang dibeli Sony dengan uang kami. Aku sendiri yang mengendap-endap malam itu. Aku yang membius Andreas dengan chloroform. Puas rasanya hatiku. Aku sendiri yang membunuh Sony dengan pisau kecil milik Andreas. Aku juga yang meletakkan sidik jari Andreas di pisau itu. Tak seorangpun bisa merebut Sony dariku. Apalagi Andreas, banci keparat itu
Ini pembalasanku kepada mereka berdua atas semua sakit hati dan malu yang harus kutanggung. Semoga Sony membusuk di neraka dan Andreas membusuk di penjara. Aku duduk terdiam dengan senyum dingin, menyaksikan Polisi bekerja di tempat kejadian perkara. Polisi baru saja selesai melakukan rekonstruksi ulang . Aku masih tak percaya dengan semua kejadian ini. Semua terjadi begitu cepat. 

Tamat

Tumbuh remaja hingga dewasa dengan novel-novel Agatha Christie mempengaruhi atau menginspirasi saya dalam membuat cerpen ini. Meski jauh dari kualitas seorang Agatha Christie, setidaknya saya sudah berusaha mencobanya. 
 

No comments:

Post a Comment