Sunday, April 18, 2010

Presents from Adiwastra Nusantara 2010

Kalau tak salah ingat sejak tahun 2001 saya selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi pameran kain dari Wastaprema. Waktu itu seingat saya diadakan di Museum Gajah dan diadakan bersamaan dengan pameran tata saji nusantara. Sejak pertama kali menjejakkan kaki dan memandang koleksi kain Nusantara yang terpajang begitu juga dengan rancangan tata saji, saya langsung jatuh cinta. Rasanya begitu menakjubkan melihat begitu beragamnya kekayaan kain adati Nusantara. Sesuatu yang sangat membanggakan mengingat teknik pengerjaan dan motif yang ada juga sangat beragam.

Kali ini pameran kain adati diadakan dengan nama Adiwastra Nusantara. Aroma melati semerbak menyapa seketika saat kaki ini menjejak di lobby tempat dipamerkannya kain-kain bangsawan Nusantara. Kain-kain ini memiliki motif dengan nilai filosofis sendiri, dengan berbagai macam teknik pengerjaan, kain-kain ini di waktu lampau hanya boleh dikenakan oleh raja dan kaum bangsawan. Mulai dari batik, songket, tapis, tenun, hingga ulos dan ikat, semuanya memancarkan keindahan yang konseptual.

Menikmati keindahan kain tua seperti ini memang memerlukan intelektualitas dan imajinasi. Bayangkan betapa rumitnya pembuatan sehelai kain dengan motif yang memiliki makna pemikiran mendalam. Dibuatnya bukan dengan teknologi modern. Tapi dengan tangan, dengan hati dan jiwa. Itulah sebabnya meski ada beberapa kain yang sudah seringkali dipamerkan tetapi setiap kali saya menyaksikan kembali rasanya ada kerinduan yang terobati. Kerinduan dan kelegaan ternyata kain yang menjadi favorit saya masih ada. Jujur seandainya memiliki dana saya rasanya ingin memiliki kain-kain batik dari jaman penjajahan. Karena jaman penjajahan memiliki pengaruh yang begitu kuat dalam menghasilkan motif yang memiliki relevansi dengan situasi dan kondisi saat itu. Saat itu kain batik seakan menjadi cerminan sejarah yang sedang dialami bangsa. Berbeda dengan kondisi saat ini yang cenderung menjadi produk industri massal.

Pada ajang kali ini selain dipamerkan kain-kain kuno, juga terdapat pameran dagang dari produsen kain dari berbagai propinsi di Nusantara. Dengan begitu beragam pencapaian yang dihasilkan bisa dipastikan kain-kain Nusantara telah diangkat menjadi produk fashion yang mampu bersaing dengan produk fashion mancanegara karena karakternya yang kuat dengan identitas etnis dipadukan dengan rancangan yang siap pakai yang lebih relevan dan modern.

Ada juga kain-kain yang dipajang dengan tema Gendongan. Kain yang dalam budaya Nusantara sering digunakan untuk menggendong anak, barang, dicoba untuk diangkat nilai fungsional, budaya dan sejarahnya. Karena terkait dengan menggendong, turut juga dipamerkan tas-tas asli rancangan Nusantara yang digunakan masyarakat untuk membawa madu, sirih dan lain sebagainya. Menarik bukan?












If I were not wrong, since 2001 I had always visited Indonesian classic fabrics exhibiton held by Wastaprema. Wastaprema is an organization of Indonesian classic fabrics collector. The first exhibition I visited was held in Museum Gajah, in front of Monumen National. There were not only old classic Indonesian fabrics displayed but also an exhibition of Nusantara's style of table setting.

On the first step, I suddenly fell in love with Nusantara's rich tradition. It's so amazing to see that so many designs, techniques, patterns, materials used to make a piece of fabric. I was blown away.

This year the exhibition held under new name Adiwastra Nusantara. The mistical aroma of jasmine will welcome you. And the Nusantara royalty collections will blow your eyes and mind. The various kind of fabrics from batik to tenun, tapis to songket, and songket to ikat were displayed amazingly beautiful. They all were radiating conceptual beauty with all those philosophical values on their designs.

I was amazed how these people could make these fabrics using old and traditional techniques. It was so complicated considered that all those made by hand. When these people made those fabrics they put their soul, mind and heart on it. That's why they are so special. It always sadden me knowing that deep appreciations always come from foreigners.
My desire was having batik from the collonialism era. The themes are reflecting the nation's history. It's so personalized. It was not like today's batik print which so industrial and common.

There were also trade exhibition of many labels from all over Nusantara. With so many accomplisment of all those labels, they take the Nusantara classic fabric to the next level, fashionable product, combining tradition with international taste and ready to wear aspect.
There were also displayed fabric under the theme 'Gendongan' which reflected the historical, social and cultural values of the fabrics. And relevant to the theme, there were also displayed classical and authentic design of bags from several tribes in Nusantara. Interesting right?

No comments:

Post a Comment