Dulu iklan LUX terasa begitu glamour dan mewah, dengan bintang-bintang yang memang terkesan mahal serta prestasi masing-masing. Kalau dikenang dulu Tamara muncul dengan kapal pesiar, Nadya Hutagalung dengan sorot cahaya dan helicopter, sementara Vira Yuniar muncul dengan nuansa ungu dan kincir angin dimana-mana.
Setelah tahun 2000-an, terasa sekali LUX bagai kehilangan ciri khas glamour dan mewahnya. Rasanya evolusi citra dengan konsep superhero dan pintu2 kesempatan yang terbuka terasa gagal dalam eksekusinya....
Dan yang menurut saya merupakan degradasi terparah adalah iklan Lux Atiqah Hasiholan. Sepanjang ingatan saya tidak pernah seorang bintang LUX *yg Indonesia* diraba-raba seorang bule dalam setiap iklannya. Seorang bintang LUX memang selalu tampil jadi idaman banyak pria, tapi tak pernah terkesan murahan dengan diraba-raba oleh tangan lelaki. Seorang bintang LUX selalu digambarkan memiliki kekuatan dengan kecantikannya. Tapi dalam iklan LUX Atiqah Hasiholan saya merasa Atiqah menjadi korban akibat eksekusi yang murahan dari konsep kecantikan dan kulit yang lembut.... Seakan kehalusan kulit secara letterlijk hanya dapat dijabarkan dengan sentuhan tangan seorang lelaki ke tubuh seorang wanita....
Jujur iklan LUX memang sejak pertengahan dekade 2000 terasa sangat mengalami kemunduran.
No comments:
Post a Comment