Memang tidak bisa disalahkan sepenuhnya pada kalangan praktisi periklanan atas buruknya iklan2 yg bertebaran di layar kaca. Sama seperti sinetron, produser bersikukuh membuat sinetron gak bermutu dengan alasan ya karena yg laku seperti itu.
Seakan2 semua penduduk Indonesia ini suka tayangan spt itu. Entah asumsinya berdasarkan survey AC Nielsen barangkali.....
Sementara produsen2 yg mengiklankan produk mereka sepertinya apa artinya iklan jika tidak menampilkan produk mereka sepanjang durasi iklan.... Seakan2 kalo gak terlihat itu orang gak akan ingat produknya....
Mungkin mereka perlu belajar semiotika, tanda.... dan bertahan pada sesuatu yang letterlijk dan kasat mata....
Lewat tanda Nutrilon dan M150 justru berhasil memainkan emosi kita, memancing ingatan dan menjerat perasaan kita hingga ingatan kita justru terkait dengan produk mereka. M150 hanya menampilkan produknya pada durasi beberapa detik terakhir. Sementara Nutrillon bahkan hanya menampilan kaleng susu di detik terakhir durasi iklan. Toh terbukti kan ingatan kita langsung tertancap pada susu tersebut kan karena ilustrasi keindahan alam dan keceriaan anak-anak balita yang kita saksikan?
Bagaimana kita terpikat dengan kejantanan seorang lelaki yang ternyata berhati lembut memperhatikan ibunya yang sakit dalam iklan M150. Sebuah dekonstruksi citra macho dan jantan yang dekat kekerasan tapi kali ini ditunjukkan bahwa macho dan jantan itu justru sikap yang bertanggung jawab dan penuh kelembutan, hingga membuat para wanita menginginkan lelaki dalam iklan seperti itu dan para pria ingin menjadi seperti sang model pria....
Hasilnya tentu citra M150 segera meroket dan menjadi perbincangan di rumah saya...
No comments:
Post a Comment