SHIRO KURUMATA
HOW HIGH THE MOON
SING SING SING
HOW HIGH THE MOON
SING SING SING
Dalam salah satu video musik Craig David, Let's Dance, tampak sebuah sofa yang digunakan penari pada bagian awal tampilan video tersebut. Sofa yang terbuat dari material industri kasa baja dengan finishing lapisan nickel itu merupakan salah satu karya legendaris rancangan desainer asal Jepang, Shiro Kurumata. Sofa yang dikenal dengan nama How High the Moon ini, diproduksi tahun 1986, memancarkan perpaduan antara dinamika dan kematangan kreativitas Jepang. Karya Kurumata yang satu ini memang tak pernah lekang ditelan usia. Lewat kesatuan antara pilihan material dan proporsi keanggunan, sofa karya Kuramata ini mencerminkan kesempurnaan rasa dari perpaduan massa dan ruang. Sofa berukuran cukup besar ini memang terbuat dari baja berlapis nickel tetapi penampilannya terasa ringan.
Seorang penulis, Peter Dormer, menyebutkan "Cita rasa seni Kuramata tercermin jelas dalam material yang membentuk karyanya. Tanpa tekanan dan beban dalam imajinasi Kuramata, membuat karyanya tampak ringan dengan sendirinya."
Kurumata dengan kreativitasnya menawarkan kesederhanaan dan abstrak dalam gaya modern ala Bauhaus serta memadukannya dengan akar oriental yang dimilikinya. Ia sukses membentuk imajinasi ke dalam komposisi yang abadi sekaligus sensual. Salah satu material yang diagungkannya adalah perspex, sejenis resin, yang memiliki dualitas karakteristik, dingin seperti kaca sekaligus hangat bagaikan kayu. Perabot metal rancangannya terlihat ringan melayang, sebuah karya yang muncul dari kekuatan imajinasi dan kepekaan untuk menggali karakter, massa, tekstur dan bentuk dari suatu material.
Shiro Kuramata dilahirkan di Tokyo. Ia mempelajari arsitektur. Kemudian ia juga mempelajari pembuatan lemari di Tokyo Technical High School of Art dan Kuwasawa Institute of Design. Ia kemudian mendirikan biro desainnya sendiri pada tahun 1965.
Reputasi Kuramata terbangun dari lewat rancangan desain interiornya untuk pusat belanja Seibu, gerai Esprit dan butik Issey Miyake. Pada tahun 1981, Kuramata memperoleh penghargaan Japanese Cultural Design Prize, dari pemerintah Jepang atas kontribusinya memajukan desain di Jepang. Penghargaan yang diraih Kurumata tidak berhenti di situ. Pada tahun 1990 pemerintah Perancis menganugrahkan Kurumata Ordre des Arts et des Lettres karena kontribusinya yang luar biasa terhadap seni dan desain.
Shiro Kurumata merupakan salah satu desainer Jepang terkemuka, terbaik dan berpengaruh yang dimiliki sepanjang era modern Jepang di abad ke-20. Ia dikenal karena menggunakan material industri seperti kasa baja dan membentuknya menjadi perabotan dan interior yang sangat arsitektural. Sepanjang masa kreatif keemasannya Kurumata telah menghasilkan lebih dari 180 bentuk mebel.
Masih ada kursi lain yang menjadi legenda dalam dunia mebel seperti kursi 'Miss Blanche' yang diproduksi tahun 1989. Kursi ini terbuat dari bahan resin dengan kaki tabung dari bahan alumunium. Yang menarik adalah motif bunga diperoleh dari bunga sintetis yang dituang ke dalam cetakan resin yang akan membentuk kursi.
Ia memasukkan mawar ke dalam resin supaya kelopak mawar tetap mekar sepanjang masa. Hasilnya adalah kursi bernafas budaya Jepang tetapi terasa sangat modern.
Inspirasi 'Miss Blanche' diperoleh Kurumata dari korsase yang dikenakan Vivien Leigh dalam film 'A Streetcar Named Desire'. Kursi tersebut diciptakan untuk Kagu Tokyo Designer's Week 1988. Sebelum 'Miss Blache' tercipta, berbagai macam bunga sintetis dari seluruh penjuru Jepang dikumpulkan. Dan berbagai model dibuat berulang kali untuk menghasilkan kesan bunga-bunga itu melayang di dalam ruang. Disaat terakhir proses penciptaan 'Miss Blanche', Kurumata setiap 30 menit sekali selalu menelepon staf produksi di pabrik untuk memastikan mawar-mawar itu terlihat melayang.
'Miss Blanche' terjual di balai lelang Christie's di London senilai 46rb poundsterling pada Oktober 1997. Sementara sofa 'How High The Moon' terjual dengan harga 12,65rb pundsterling di Bonham, London pada Mei 1998. Peristiwa tersebut mengorbitkan Kurumata pada jajaran seniman dan desainer abad 20 paling diminati.
Seorang penulis, Peter Dormer, menyebutkan "Cita rasa seni Kuramata tercermin jelas dalam material yang membentuk karyanya. Tanpa tekanan dan beban dalam imajinasi Kuramata, membuat karyanya tampak ringan dengan sendirinya."
Kurumata dengan kreativitasnya menawarkan kesederhanaan dan abstrak dalam gaya modern ala Bauhaus serta memadukannya dengan akar oriental yang dimilikinya. Ia sukses membentuk imajinasi ke dalam komposisi yang abadi sekaligus sensual. Salah satu material yang diagungkannya adalah perspex, sejenis resin, yang memiliki dualitas karakteristik, dingin seperti kaca sekaligus hangat bagaikan kayu. Perabot metal rancangannya terlihat ringan melayang, sebuah karya yang muncul dari kekuatan imajinasi dan kepekaan untuk menggali karakter, massa, tekstur dan bentuk dari suatu material.
Shiro Kuramata dilahirkan di Tokyo. Ia mempelajari arsitektur. Kemudian ia juga mempelajari pembuatan lemari di Tokyo Technical High School of Art dan Kuwasawa Institute of Design. Ia kemudian mendirikan biro desainnya sendiri pada tahun 1965.
Reputasi Kuramata terbangun dari lewat rancangan desain interiornya untuk pusat belanja Seibu, gerai Esprit dan butik Issey Miyake. Pada tahun 1981, Kuramata memperoleh penghargaan Japanese Cultural Design Prize, dari pemerintah Jepang atas kontribusinya memajukan desain di Jepang. Penghargaan yang diraih Kurumata tidak berhenti di situ. Pada tahun 1990 pemerintah Perancis menganugrahkan Kurumata Ordre des Arts et des Lettres karena kontribusinya yang luar biasa terhadap seni dan desain.
Shiro Kurumata merupakan salah satu desainer Jepang terkemuka, terbaik dan berpengaruh yang dimiliki sepanjang era modern Jepang di abad ke-20. Ia dikenal karena menggunakan material industri seperti kasa baja dan membentuknya menjadi perabotan dan interior yang sangat arsitektural. Sepanjang masa kreatif keemasannya Kurumata telah menghasilkan lebih dari 180 bentuk mebel.
Masih ada kursi lain yang menjadi legenda dalam dunia mebel seperti kursi 'Miss Blanche' yang diproduksi tahun 1989. Kursi ini terbuat dari bahan resin dengan kaki tabung dari bahan alumunium. Yang menarik adalah motif bunga diperoleh dari bunga sintetis yang dituang ke dalam cetakan resin yang akan membentuk kursi.
Ia memasukkan mawar ke dalam resin supaya kelopak mawar tetap mekar sepanjang masa. Hasilnya adalah kursi bernafas budaya Jepang tetapi terasa sangat modern.
Inspirasi 'Miss Blanche' diperoleh Kurumata dari korsase yang dikenakan Vivien Leigh dalam film 'A Streetcar Named Desire'. Kursi tersebut diciptakan untuk Kagu Tokyo Designer's Week 1988. Sebelum 'Miss Blache' tercipta, berbagai macam bunga sintetis dari seluruh penjuru Jepang dikumpulkan. Dan berbagai model dibuat berulang kali untuk menghasilkan kesan bunga-bunga itu melayang di dalam ruang. Disaat terakhir proses penciptaan 'Miss Blanche', Kurumata setiap 30 menit sekali selalu menelepon staf produksi di pabrik untuk memastikan mawar-mawar itu terlihat melayang.
'Miss Blanche' terjual di balai lelang Christie's di London senilai 46rb poundsterling pada Oktober 1997. Sementara sofa 'How High The Moon' terjual dengan harga 12,65rb pundsterling di Bonham, London pada Mei 1998. Peristiwa tersebut mengorbitkan Kurumata pada jajaran seniman dan desainer abad 20 paling diminati.
No comments:
Post a Comment